Monday 9 November 2015

Google Project Loon, Solusi Internet Daerah Terpencil

(Tulisan saya ini telah dimuat di Suara Merdeka - halaman teknologi, 9 November 2015)
“Tak ada hari tanpa internet”. Ungkapan itu hanya berlaku untuk masyarakat modern yang hidup di perkotaan. Kenyataannya, tak semua bagian di Indonesia dapat merasakan koneksi internet. Masih banyak pulau atau daerah terpencil yang belum bisa terhubung dengan internet.
KABAR gembira datang dari perusahaan raksasa mesin pencari Google. Baru-baru ini, telah tercapai kesepakatan bersama melalui kemitraan tiga operator seluler terbesar yang ada di Indonesia, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata di kantor pusat induk perusahaan Google, Alphabet, di Mountain View, California, Amerika Serikat, Rabu (28/10).


Kerja sama ini menghasilkan kesepakatan Google Project Loon atau balon udara internet Google untuk Indonesia yang akan dilakukan pada awal 2016 dengan masa percobaan selama dua tahun.

Apa itu Google Project Loon? Ambisi Google untuk bisa menghubungkan semua manusia ke internet melalui balon udara internet Google yang memancarkan sinyal wireless (Wi-Fi). Utamanya, mereka yang tinggal di daerah terpencil atau pelosok yang tak terjangkau koneksi internet.

Proyek ini digagas sudah lama sejak 2012 di Amerika Serikat. Indonesia menjadi negara keempat setelah percobaan sukses di negara Brazil, Selandia Baru, dan Australia. Terpilihnya Indonesia tak lain dari letak geografis yang sulit untuk ditembus oleh sinyal-sinyal Base Transceiver Station (BTS) operator seluler.

Indonesia juga terkenal dengan gunung vulkanik teraktif di dunia belum lagi ribuan pulau dan hutan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Menurut data dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia pada 2004, keseluruhan pulau, baik yang belum dan sudah bernama, tercatat sebanyak 17.504 pulau.

Lebih Merata
Keadaan semacam itu tak memungkinkan untuk membangun BTS di semua titik pulau di Indonesia. Akan dibutuhkan dana yang sangat besar untuk melakukannya. Dengan balon udara internet Google, semua itu bisa diwujudkan.

Secara prinsip, kerja antara balon udara internet Google dengan BTS sama-sama memancarkan sinyal yang bisa terhubung ke internet bagi penggunanya. Perbedaannya, balon udara internet Google ada di angkasa sedangkan BTS tertanam di tanah.

Melihat posisinya, di udara jangkauan atau sinyal yang dipancarkan lebih merata dan bisa menjangkau titik-titik pulau bahkan yang terpencil sekalipun.

Layaknya balon udara raksasa lain, balon udara internet Google terbang dengan udara helium. Untuk menyokong daya selama berada di udara sumber tenaga bergantung pada panel surya tenaga matahari yang ada di bawah balon internet Google udara.

Pada awal-awal, uji coba ketahanan balon di udara balon hanya mampu bertahan sepuluh hari, namun sekarang sudah mampu bertahan hingga 187 hari atau sekitar enam bulanan. Selain pergerakan balon mengandalkan angin stratosferik juga bisa dikendalikan dengan menggunakan sistem komputer dari darat.

Susunan atau rangkaian balon-balon udara yang beredar di angkasa khatulistiwa satu sama lain terhubung yang akan membentuk jaringan komunikasi di atas udara.

Setara 4G
Pada awal mula rencana balon udara internet Google ini digulirkan, terdapat hambatan, khususnya dalam dunia dirgantara atau penerbangan. Mereka mengkhawatirkan dapat mengganggu dunia penerbangan terlebih maskapai penerbangan komersial.

Setelah mengetahui bahwa tak ada hambatan dengan pancaran sinyal dari BTS, balon tersebut diterterbangkan di ketinggian 20 km dari atas permukaan air laut. Dua kali lipat lebih tinggi dari jarak ketinggian terbang pesawat komersial secara umum, sehingga aman dan tak mengganggu penerbangan.

Diharapkan dengan adanya balon udara internet Google, 100 juta penduduk Indonesia yang belum bisa terhubung dengan internet, kini bisa merasakannya. Untuk kecepatan, akses internet yang ditawarkan setara 4G. Google mengklaim kecepatan akses saat menggunakannya bisa menembus angka 10 Mbps.

Belum ada kabar resmi apakah nantinya proyek balon udara internet Google akan dikomersialkan. Satu yang pasti, jika pun itu terjadi, Google menjamin biaya data yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan akses internet yang menggunakan BTS dan fiber optic.

Untuk awal-awal, Google hanya fokus bisa memberikan layanan koneksi internet ke seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dalam jangka panjang, ke seluruh masyarakat dunia. Semoga terbukanya jaringan komunikasi baru ini bisa membuat negara Indonesia lebih maju dan bisa mengejar ketertinggalan dari negara lain.

Pemerintah sebagai pengendali pusat tetap harus memantau dan mengontrol penuh proyek Google Project Loon. Jangan sampai di kemudian hari negara kita dirugikan. Begitu juga dengan konten internet bebas harus ada filter yang sesuai dengan norma Indonesia yang ketimuran.

0 comments:

Social Media

Facebook Twitter Instagram YouTube Google+ e-Mail

Karya Buku





Viva Blog

Komunitas Blogger

Indoblognet
BloggerCrony Community


Komunitas ISB

Blogger Reporter Indonesia

Populer Post

Blog Archive

Labels

Arsip Blog