Showing posts with label Lingkungan. Show all posts
Showing posts with label Lingkungan. Show all posts
Saturday, 15 October 2022

Polusi: Dari Hujan Salju Hingga Hujan Es dan Solusinya

DULU orang nggak pernah membayangkan dan menyangka kalau negara yang tandus, gersang, dan kering saja bisa terjadi turun salju. Ternyata, fenomena langka ini bukan kali pertama terjadi di Arab Saudi. Salju kali pertama turun di Gurun Sahara tahun 1979 dan terbaru salju turun lagi di Jabal Al-Lawz di wilayah Tabuk, Arab Saudi pada Sabtu (1/1/2022).

Fenomena langka ini bisa terjadi karena dampak perubahan suhu ekstrim di bumi. Bayangkan! Di negara Arab Saudi yang gersang saja bisa turun salju apalagi di negara beriklim tropis seperti Indonesia.

(Ilustrasi Polusi Dampak dan Akibatnya. Sumber Photo Freepic)

Indonesia sendiri sudah mengalami dampak dari suhu ekstrim atau pemanasan global yang semakin lama semakin parah. Kalau dulu bencana banjir hanya terjadi di kota-kota besar sekarang sudah merata di semua wilayah Indonesia.

Suhu semakin tahun terasa semakin terasa panas. Fenomena langka cuaca ekstrim seperti hujan es baru-baru ini terjadi di Sawangan, Depok. Hujan air saja bikin kepala pusing, apalagi hujan es. Tak heran banyak rumah warga rusak akibat hujan es tersebut.
Wednesday, 23 December 2009

Ancaman Limbah Pabrik

SEJATINYA air dapat digunakan untuk minum, mencuci, dan bertani. Namun hal ini bertentangan tatkala air sungai sudah terkontaminasi limbah cair pabrik. Akibatnya air sungai yang seharusnya bersih, jernih dan sehat berubah menjadi hitam pekat, kotor dan berbahaya. Banyak faktor yang menyebabkan itu semua. Salah satunya adalah limbah pabrik.

Pabrik memang bagaikan dua sisi mata pisau, yang satu menguntungkan karena dapat memenuhi hajat hidup orang banyak secara bersamaan. Berbagai produk pabrik sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia mulai dari minuman, makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sejak revolusi industri di Inggris pasca ditemukannya mesin uap oleh James Watt perkembangan industri pabrik sangat pesat. Kita mungkin bisa membayangkan betapa susahnya jika tidak ada pabrik, segala sesuatu dilakukan secara tradisional dan membutuhkan waktu lama.

(Taken from www.e-dukasi.net)

Namun seiring dengan perkembangan pabrik ternyata di balik itu semua juga menyimpan cerita pedih bagaikan sisi mata pisau yang tajam dan siap menyayat siapapun korbannya. Pasalnya pabrik mengeluarkan hasil olahannya yang biasa disebut dengan limbah. Limbah ini pun bedasarkan jenisnya terbagi lagi menjadi dua bagian: yaitu limbah asap hasil dari pembakaran dan limbah cair.

Limbah cair ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan mahluk hidup di sekitar, khususnya manusia. Secara langsung dampaknya tak dapat dirasakan namun jika hal itu terus-menerus terjadi bukan tidak mungkin manusia yang nantinya akan menjadi korban. Hal ini dikarenakan hasil limbah cair pabrik yang sangat berbahaya yang dibuang langsung ke sungai. Sungai yang seharusnya jernih karena limbah pabrik jadi berubah warna bak pelangi merah, hijau, kuning, hitam. Pada setiap musim kemarau air sungai terlihat sangat keruh karena intensitas yang tak sebanding antara air sungai dan limbah pabrik itu sendiri. Sehingga air sungai berbau pesing dan anyir. Belum lagi dengan para petani yang memanfaatkan irigasi pengairannya dari sungai, banyak pengalaman dari petani akibat menggunakan air sungai yang sudah terkontaminasi hasil panennya menurun drastis, padinya berwarna keruh, bulirnya cepat pecah dan rapuh.

Limbah pabrik secara umum mengandung zat-zat racun yang sangat berbahaya seperti zat pencemar organik alias diochemical oxygen demand (BOD) dan pencemaran kimia atau chemical oxygen demand (COD). Kedua zat tersebut sangat berbahaya sekali bagi mahluk hidup yang hidup di sungai apalagi bagi manusia. Di Surabaya masyarakat yang langsung mengkonsumsi air sungai yang sudah terkontaminasi oleh limbah cair pabrik dapat mengalami sesak napas akut, gatal-gatal hingga muntah berkali-kali, dan berbagai penyakit kulit lainnya. Itu merupakan bagian kecil dari dampak negatif limbah cair pabrik. Belum lagi dengan ancaman ekosistem air sungai, banyak ditemukan ikan dan tumbuhan mati akibat sungai yang sudah tercemar limbah cair pabrik. Ironinya, di sebagian daerah perusahaan air minum PDAM banyak yang memanfaatkan sumbernya dari air sungai yang sudah tercemar limbah cair pabrik. Jika sudah begini apakah harus menunggu korban manusia baru kemudian pemerintah bertindak?

Secara siklus alam, air memang sumber daya alam yang dapat diperbarui, begitu pun dengan air sungai yang sumbernya dari dataran tinggi atau pegunungan, kemudian ujung hilirnya pada akhirnya akan bermuara ke laut. Tanah pun juga turut membantu dalam penyaringan dan pengendapan kembali air. Namun permasalahannya adalah air sungai yang terus-menerus tercemar limbah cair pabrik secara alami susah sekali diperbaruhi. Endapan kotor limbah mencegah susahnya serapan air sungai ke dalam tanah, sehingga kandungan rasa air tetap tidak berubah begitu juga dengan warnannya. Karena air sungai selalu bermuara ke laut maka secara tak langsung limbah pabrik lambat tahun mencemari laut dan berbahaya bagi ekosistem laut.

Seharusnya pemerintah lebih selektif lagi dalam memberikan izin pembangunan pabrik yang limbahnya sangat berbahaya bagi kehidupan. Selain itu juga harus tegas dalam menerapan undang-undang industri yang ada di Indonesia. Pihak pabrik pun harus memikirkan supaya limbah yang dilepaskan tidak berbahaya bagi kehidupan. Salah satu contohnya dengan mengolah kembali hasil limbah cair pabrik atau diuraikan dengan bantuan zat kimia, sehingga hasil limbah pabrik tidak berbahaya bagi kehidupan karena sudah mengalami proses penyulingan. Kepekaan masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengawasi pabrik-pabrik industri di sekitarnya. Meskipun rakyat kecil dan miskin, namun jika mereka bersatu dan melaporkannya pada pemerintah terhadap pabrik-pabrik yang membahayakan bukan hal yang mustahil pemerintah akan bertindak tegas, karena jika kita bersatu bagaikan sekumpulan lidi yang menjadi sapu dan susah sekali untuk dipatahkan. Sehingga diharapkan natinya tidak ada lagi ancaman limbah cair pabrik. Semoga.

Efek Rumah Kaca

Mungkin judul di atas sudah tidak asing lagi di antara kalian ... tapi jangan salah loh sebagian dari kita juga ada yang ga’ tau dengan efek rumah kaca . Untuk itu pada episode yang ke 13 ini saya memuat posting dengan judul efek rumah kaca. Efek rumah kaca memang sudah banyak di tulis orang, coba aja kalo ga’ percaya searching di Google, namun saya membaca banyak yang menggunakan model penulisan yang tidak sistematis dan kaku bahasanya , hasilnya susah dimengerti. Mudah-mudahan tulisanku ini mudah dimengerti.

Rumah kaca dan efek rumah kaca

Sebelum membahas apa itu efek rumah kaca, sebaiknya kita mengenal dulu apa itu rumah kaca. Ini ada kaitannya loh ... Rumah kaca pada mulanya digunakan oleh masyarakat Eropa dan Negara-negara lain yang menganut musim dingin. Berguna untuk menghangatkan atau mensuburkan tanaman, pertanian atau perkebunan mereka. Sistem kerjanya sangat sederhana sekali, rumah kaca ini terbuat dari kaca maupun plastik, sehingga banyak orang menyebutnya dengan rumah kaca. Bentuknya mirip rumah, hanya saja penghuninya adalah tanaman-tanaman yang bermanfaat. Di neagara-negara Eropa dan negara-negara lain, rumah kaca sangat penting sekali, karena jika tidak banyak tumbuhan yang mati karena tidak kuatnya dengan temperatur udara yang begitu dingin. Dengan adanya rumah kaca ini, sinar yang masuk tertahan oleh lapisan rumah kaca tersebut yang terbuat dari plastik atau pun kaca. Akibatnya karena jumlah sinar yang masuk dan sinar yang dilepaskan rumah kaca lebih banyak sinar yang diserap dibandingkan dengan sinar yang dikeluarkan, maka suhu yang ada di rumah kaca tersebut menjadi hangat. Peristiwanya disebut dengan efek rumah kaca atau dalam bahasa inggrisnya disebut juga dengan green house effect. Jadi jelas sekali bukan perbedaannya antara rumah kaca dan efek rumah kaca itu sendiri?...

Rumah kaca bumi

Terus bagaimana dengan bumi? Tenang .... bumi juga mempunyai rumah kaca, efek rumah kaca ini pertama kali dikenalkan dan ditemukan oleh fisikawan Perancis Joseph Fourier pada 1824 dan dibuktikan secara kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada 1896. Jadi ternyata bumi kita juga memiliki rumah kaca Namun kaca atau plastik bumi tentu berbeda dengan rumah kaca buatan manusia. Lapisan kaca atau plastik bumi adalah beberapa kumpulan gas di atmosfir. Gas tersebut terbagi lagi beberapa lapisan, berapa lapis?? Ratusan!! emang iklan Tanggo po? Salah satu lapisan yang popular adalah lapisan ozon.

Pada postingan sebelumnya kita pernah membahas plastik dan banjir. Kembali ke pembahasan bahwa bumi juga memiliki rumah kaca, terus apa fungsinya? Hampir sama sebetulnya dengan rumah kaca buatan manusia. Lapisan gas yang ada di atmosfir itu mampu menahan gas-gas yang sangat membahayakan manusia dan mahluk bumi lainnya, sehingga saat pertamakali sinar matahari menerpa bumi, lapisan atmosfir sudah melakukan filterisasi terhadap sinar matahari yang dapat merusak mahluk hidup bumi. Sehingga hanya sinar-sinar yang tidak membahayakan saja yang masuk ke bumi. Kemudian sinar tersebut dipantulakan kembali oleh bumi ke angkasa, namun perlu diingat bahwa sinar yang dipantulkan bumi tidak semuannya dipantulkan. Hanya sebagiannya saja, dan sebagian yang lain diserap bumi. Menurut panelitian sinar-sinar yang diserap dan dilepaskan kembali proisentasinya adalah sebagai berikut: 25% dipantulakn kembali oleh awan atau partikel lain di atmosfir, 25% diserap oleh awan, 50% diserap oleh permukaan bumi, dan sisanya 25% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi (beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda). Akibat sinar yang dipantulkan lebih sedikit dibandingkan dengan sinar yang diserap oleh bumi, maka pada saat siang hari bumi menjadi hangat (tidak terlalu panas) dan ketika malam hari bumi menjadi hangat (tidak terlalu dingin) hal ini dipengaruhi oleh sinar matahari yang diserap tersebut. Makanya banyak orang bilang atmosfir bumi adalah selimut bumi.

Pengaruh negatif efek rumah kaca

Namun ternyata efek rumah kaca ini mempunyai dampak negatif bagi bumi dan mahluk di dalamnya. Pasalnya seiring dengan kemajuan modernisasi sehingga menghasilkan banyak industri (pasca zaman industri di Inggris). Sehingga banyak para perusahaan-perusahaan industri di bangun. Hasil dari pembangunan industri tersebut ternyata bedampak parah terhadap bumi, mengingat asap beracun yang dikeluarkan. Maka gas rumah kaca yang dihasilkan dari rumah kaca semakin bertambah. Bertambahnya gas rumah kaca di atas normal dapat mengakibatkan perubahan iklim atau yang biasa disebut dengan pemanasan global atau global warming. Efek yang ditimbulakan dari global warming jika tidak dilakukan pencegahan dapat fatal sekali. Misalnya melelehnya gunung dan laut es benua Antartika mengakibatkan manaiknya permukaan air laut. Jika permukaan air laut naik, maka pulau-pulau kecil dapat tenggelam dengan sendirinya bahkan pada gilirannya pulau-pulau besar pun tenggelam....

Karena gas rumah kaca yang berlebihan tersebut menjadikan bumi tidak seimabang lagi, misalnya saja pada saat siang hari kita merasakan berbeda panas yang menyengat dari tahun-tahun sebelumnya, sedangkan pada malam harinya udara terasa dingin sekali. Hal tersebut diatas baru contoh kecil dari apa yang biasa disebut dengan pemanasan global. Gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar juga memiliki andil dalam terjadinya pemanasan global, sianar matahari yang masuk ke bumi ternyata dipantulkan kembali oleh bumi salah satunya oleh jendela kaca gedung pencakar langit, karena pantulannya dari kaca mengakibatkan lapisan ozon di atmosfir bolong-bolong sehingga penyaringan sinar matahari semakin kropos dan banyak sinar serta gas dari matahari yang membahayakan kehidupan bumi. Maka tidak salah kalo akhir-akhir ini banyak ditemukan kangker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh, bahkan menurunkan hasil panen. Untuk itu jadilah sahabat bumi dan stop global warming. Bumi ini harus dijaga dan dilindungi. Kalo bukan kita siapa lagi? Kalo bukan dari sekarang kapan lagi? Semoga.

Paperlist Yang Ramah Lingkungan

Luar biasa! Sesuatu hal yang tidak mungkin bisa akan terjadi dimassa depan. Berbagai penemuan khususnya dibidang teknologi dan informasi terus bermunculan. Manusia tidak mandeg sampai disitu, tapi juga memikirkan apakah ada planet lain selain bumi yang dapat dihuni? Termasuk planet Mars yang sedang diteliti*.

Pendidikan massa depan merupakan sebuah misteri bagi kita yang tidak dapat disangka-sangka. Pada tahun 1900-an orang tidak pernah terbayang dengan teknologi komputer jinjing yang sangat praktis dan dapat dibawa kemana-mana (Lap Top). Begitu juga dengan massa sekarang ini, namun setidaknya manusia dapat meraba-raba dengan bercermin pada massa sekarang. Salah satunya adalah konsep paperlist bagi dunia pendidikan.

(Beberapa jenis paperlist saat ini doc.www.masdede.com)

Tahukah kamu apa itu paperlist? Paperlist adalah sebuah konsep baru yang fungsi dan manfa’atnya sama dengan kertas konvensional. Dimana seseorang dapat menuliskan berlembar-lembar halaman bahkan berjilid-jilid buku. Mudah dibawa kemana-mana. Tidak hanya itu paperlist ini sangat ramah terhadap lingkungan. Pasalnya paperlist tidak membutuhkan tempat pembuangan sampah atau pembakaran yang dapat memicu timbulnya pemanasan global, akibat dari hasil pembakarannya. Jika ingin membuangnya cukup menekan tombol “Delete” dan “Enter” pada PC maka secara otoatis akan terhapus dengan sendirinya. Contoh paperlist seperti E-book yang beredar didunia internet. E-book tersebut terbagi dalam beberapa jenis : PDF, Word, Compiled HTML Help file atau Notepad dan seterusnya.

Bisa jadi paperlist di massa yang akan datang akan berkolaborasi dengan dunia pendidikan. Seiring berkembangnya IT (Informasi dan Teknologi). Mungkin kedepannya kurikulum dimulai dari pendidikan SMP/ SLTP sampai perguruan tinggi akan menerapkan sistem paperlist. Deskripsinya sebagai berikut, seperti membuat makalah, tugas harian, karya ilmiah dan sebagainya akan tergantikan dengan paperlist yang ramah terhadap lingkungan. Semua tugas tidak akan lagi menggunakan kertas yang dapat memacu timbulnya pemanasan global. Karena kertas bahan bakunya dari pohon, maka jika kertas terus diproduksi akan banyak hutan di dunia ini yang gundul. Jika hutan sudah gundul maka akan banyak musibah di bumi. Itu disebabkan karena tidak ada siklus keseimbangan alam.

Mungkin itu akan terjadi di Indonesia masih lama. Mengingat SDM (Sumber daya Manusia) Indonesia yang belum berkembang. Jadi mari kita menjadi sahabat bumi dengan menanamkan konsep paperlist ramah terhadap lingkungan. Setidaknya kelak jika kita menjadi dosen atau guru terapkan model pembelajaran yang menggunakan paperlist. Sehingga setidaknya kita sudah memberikan sumbangsih terhadap bumi, dalam rangka mencegah atau meminimalisir terjadinya pemanasan global. Seharusnya konsep paperlist tidak hanya terjadi pada dunia pendidikan semata namun juga harus terjadi pada masyarakat umumnya. Tidak dapat dipungkiri meskipun paperlist mempunyai beberapa keistimewaan terhadap lingkungan, namun bukan berarti konsep paperlis tidak mempunyai celah. Salah satunya adalah kemudahan transfer data yang dapat membuat orang dengan mudah mengambil kekayaan hak intelektual orang lain. Dalam bahasa gaulnya “Copy Paste” (CP) belum lagi dengan ancaman virus.

Global Warming dan Gaya Hidup

Geliat suhu panas bumi semakin terasa, setidaknya 18 tahun sudah suhu bumi mengalami titik suhu panas. Sehingga kampanye tentang pemanasan global terus digalakan.*

Pada tahun 1990-2000 kampanye tentang global warming terus digencarkan oleh dunia. Memasuki usia kampaye tersebut sudah 18 tahun jalan. Kampaye terus digalakan melalui media cetak, elektronik, dan aksi sosial. Beragam slogan, icon, dan acara televisi menayangkan dampak dan seruan kesadaran masyarakat dunia tentang issue global warming. Bahkan di Indonesia masih segar dalam ingatan kita. Bali ditunjuk sebagai tempat konferensi dunia yang di hadiri kurang lebih 10 ribu dari 180 negara pada tanggal 3-12 desember 2007 oleh persiden Susilo Bambang Yudhoyono.

(Picture was taken from Antara.doc)

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah temperatur bumi semakin menurun ataukah semakin memanas? Berdasarkan data dari kampanye Eart crisis wwf Indonesia menunjukan angka yang tidak signifikan. Artinya suhu bumi ternyata kian meningkat.

Taukah kamu sobat MuDa? Jika hal ini terus terjadi, maka dengan sendirinya lambat tahun akan terjadi bencana besar. Angin puting beliung baru bagian kecil dari dampak global warming yang akhir-akhir ini melanda di beberapa daerah di mulai dari kota Yogyakarta, merupakan sebuah bukti nyata dari efek pemanasan global yang mampu memporak-porandakan bangunan layaknya silet tajam yang menyayat-nyayat. Penebangan dan pembakaran hutan liar menjadikan banjir. Hal ini diperparah dengan racun yang dihasilkan oleh pabrik industri. Karena gas tersebut mengandung racun yang berbahaya berupa CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS, dan SF6 belum lagi dengan pembakaran gas rumah tangga.

Sobat muda secara sederhana, global warming terjadi karena pengaruh efek rumah kaca dan faktor pendukung lainnya. Salah satu faktor tersebut adalah gaya hidup yang keliru. Global warming bisa dicegah atau setidaknya diminimalisir dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti menggunakan hasil pembakaran BBM (Bahan Bakar Minyak) mobil dan motor seperlunya. Kemudian mematikan kipas angin, mematikan TV, kulkas, komputer dan peralatan elektronik lainnya jika tidak perlu. Mengapa demikian? Disamping menghemat energi listrik, juga karena kebiasaan hidup yang salah ini, terutama di kota-kota besar jika dilakukan secara bersama-sama dapat mengakibatkan gas panas yang mampu menyulut salah satu penyebab terjadinya global warming. Biasakan menguruk sampah (bukan sampah plastik). Jangan membakar sampah. Sedangkan untuk sampah basah dapat diubah menjadi pupuk organik. Sampah plastik dapat didaur ulang menjadi kerajinan industri rumah home industri. Seperti tas plastik yang sedang tren. Maka dari itu jadilah sahabat bumi dan stop global warming.

Selanjutnya secara preirodik pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap pabrik-pabrik industri besar. Jangan mudah memberikan ijin legal jika dapat mengganggu kehidupan manusia. Terus optimistis melakukan kampanye global warming. Hal tersebut dapat maksimal jika masyarakat mempunyai kesadaran tehadap lingkungan. Jika ini dilakukan masyarakat dunia. Maka tidak akan terjadi global worming. Semoga.

Menyulap Sampah Menjadi Topeng

Siapa yang menyangka sampah dapat diubah menjadi energi listrik, batu bata, pupuk organik,dan bahkan kita pun mampu menjadikannya di rumah mejadi topeng*.

Dapatkah kita membayangkan, semakin hari penduduk Indonesia semakin bertambah. Seiring dengan bertambahnya penduduk, maka semakin banyak konsumen terhadap suatu produk. Hal ini sebanding dengan meningkatnya jumlah sampah yang semakin tak terkendali. Coba tengok di beberapa TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah, terutama di kota-kota besar sudah penuh dan bertumpuk-tumpuk.


Sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat mengundang berbagai penyakit yang serius. Membakarnya bukanlah solusi. Dengan membakar sampah memunculkan bencana baru. Yaitu pemanasan global. Tanpa disadari asap hasil dari sampah jika kapasitasnya besar mampu menimbulkan kerusakan lapisan ozon bumi. Padahal jika saja setiap individu mampu mengolah sampah dengan baik, maka bencana seperti banjir dapat berkurang setidaknya.

Bagi orang-orang yang kreatif mereka mampu merubah sampah menjadi berkah. Sampah dapat dirubah menjadi batu bata. Bahkan bapak Margono, warga Kelurahan Bukitsangkal, Kalidoni, Palembang, Sumatra Selatan. Dengan alat dan teknologi sederhana yang disebut komposter, Margono bisa mengubah sampah organik menjadi pupuk cair. Ada juga yang mampu merubah sampah menjadi energi listrik dengan alat canggih. Luar biasa! Suatau prestasi yang membanggakan bagi Indonesia.

Marilah menjadi sahabat bumi dengan mengolah sampah dimulai dari diri kita sendiri. Jangan menunggu orang lain. Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi empat. Pertama sampah basah, sampah kering, sampah bisa didaur ulang dan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Sampah yang dapat didaur ulang salah satunya adalah kertas. Untuk menyulap sampah kertas menjadi topeng hanya empat langkah.

Pertama. Pisahkan sampah kertas dengan sampah lainnya. Satukan sampah kertas Seperti koran, kertas bekas, buku rusak, bahkan bekas bungkus nasi sekalipun. Kemudian robek atau gunting menjadi bentuk persegi agar mudah dalam pembentukan.

Kedua. Ambilah tanah liat, bentuk wajah sesuai dengan keinginan sobat muda. Tanah liat tersebut sebagai dasar untuk cetakan dasar topeng. Untuk sobat muda yang mukim di kota jika tidak ada tanah liat maka berkreasilah bagaimana caranya membuat sampah kertas menjadi sesuatu yang berguna.

Ketiga. Potongan kertas tersebut direndam ke dalam air. Sambil mengambil cetakan yang sudah jadi, oleskan diatas permukaan tanah liat dengan kanvas cat (bisa bekas) menggunakan lem kanji (lem yang biasa dibuat dengan tepung menjelang 17 Agustus-san). Setelah itu tempelakn dan sesuaikan bentuk permukaan topeng dengan kertas yang sudah direndam. Setelah terbentuk lapisan topeng, oleskan lagi lem dan temple lagi kertas, lakukan secara berulang-ulang. Sesuaikan ketebalan topeng dengan selera sobat muda.

Keempat. Jemurlah cetakan tersebut hingga benar-benar kering. Kurang lebih topeng akan benar-benar kering selama dua hari dijemur. Maka dengan sendirinya topeng akan terbentuk dan mudah dilepaskan dari cetakan. Untuk mempercantiknya, hiaslah dengan cat dan pernak-pernik lainnya. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Kelangkaan Gas dan Ulah Manusia

Kehabisan stok gas dibumi akan terjadi dekade tahun-tahun terakhir yang akan datang. Hal ini ilmiah dan alami, karena sudah merupakan hukum alam bahwa setiap sumber daya alam akan habis jika sering dilakukan ekploritasi dan pemanfaatan besar-besaran tanpa adanya usaha untuk memperbarui*.

KITA tentu masih ingat bukan dengan pembagian sumber daya alam? Yup! Benar. Sumber daya alam di bagi dua menurut fungsinya dalam memenuhi hajat hidup orang banyak. Antara lain sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui. Gas merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Artinya jika kita selalu menggunakan dan mengeksploritasi gas tanpa usaha untuk memperbaruinya maka lambat tahun persediaan gas kita di bumi akan habis. Contoh lain adalah, ketika pertambangan pasir yang tidak bersahabat dengan alam, dengan terus melakukan pertambangan tidak normal tentu saat turun hujan akan menjadikan bencana banjir yang tak terelakan. Hal itu terjadi karena tidak ada keseimbanagan alam dalam menampung bah air hujan. Begitu pun dengan gas. Penggunaan gas secara besar-besaran di bumi dapat membuat gas itu sendiri habis.

(Jenis-jenis tabung di Indonesia)

Konversi minyak tanah ke gas pada awal tahun 2007 hingga nanti tahun 2010 yang akan dilakukan pemerintah merupakan cerminan bahwa pasokan persediaan minyak tanah di bumi sudah mulai menipis atau bahkan kelak akan habis!!. Sehingga pemerintah memberikan langkah alternatif dengan penggunaan gas. Minyak tanah juga merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Taukah sobat? Bahwa menurut hukum ilmu pengetahuan alam, minyak tanah yang dihasilkan bumi tidak serta-merta ada secara cepat. Namun membutuhkan proses berpuluh-puluh tahun bahkan sampai beratus-ratus tahun lamanya. Minyak bumi dihasilkan dari endapan fosil dan tumbuhan sejak beratus-ratus tahun lamanya di dalam perut bumi yang kemudian menghasilkan minyak. Minyak tersebut kemudian di tambang dan digunakan guna memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.

Konversi minyak tanah ke gas yang sudah diterapkan cukup membuat kita berfikir bahwa sumber daya alam haruslah kita manfaatkan dan kita lestarikan kedepannya. Mencari solusi dan beralih ke gas bukan merupakan satu solusi yang bijaksana. Karena jika ini yang selalu menjadi pola fakir manusia lama-kelamaan bumi dapat mati menemui azalnya. Bayangkan jika suatu saat kelak air bersih susah didapatkan dimana-mana seperti minyak tanah, udara kotor dan panas penuh dengan polusi, banjir panjang karena sedikitnya hutan. Banjir lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada 29 Mei 2006 merupakan salah satu contoh kecil penyebab dari kerusakan yang ditimbulkan oleh tangan manusia yang tidak dapat menjaga dan melestarikan alam.

Kehadiaran manusia di bumi sejak pertama diciptakan merupakan mahluk yang sempurna dibandingkan dengan mahluk lainnya. Manusia dibekali dengan akal dan hati nurani. Manusia kehadiranya sebagai khalifah di muka bumi. Maka sangat ironis sekali jika manusia selalu merusak alam hanya karena memikirkan materi sesaat tanpa memikirkan kelangsungan bumi di massa depan. Harapanku semoga kita semua dapat menggunakan dan melestarikan sumber daya alam. Maka dari itu mulailah dari hal yang terkecil di kehidupan kita sehari-hari.

Sampah, Banjir & Ritual Tahunan

Siap-siap hadapi banjir panjang di akhir dan penghujung tahun baru 2009 nanti kota Jakarta. Begitulah kira-kira himbauan dan ramalan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) menurut Kepala Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara BMG Endro Santoso di Jakarta, Senin (Antara-10/11)*.

Jakarta merupakan kota yang padat dengan aktifitas di dalamnya. Banyak orang yang urbanisasi di dalamnya dari berbagai daerah. Dengan tujuan mengadu nasib ke Jakarta, agar memperoleh massa depan yang lebih baik. Padatnya kota Jakarta ternyata salah satu faktor timbulnya banjir di kota terpadat penduduknya tersebut. Pasalnya banyak warga yang tidak mempunyai kesadaran terhadap lingkungan. Terutama mereka yang terbiasa membuang sampah di aliran kali Jakarta. Hal ini juga berlaku bagi kota-kota besar lainnya di Indonesia, namun intensitas prediksi banjir tak separah Jakarta.



Sobat MuDa taukah kamu? Jakarta akan mengalami musim hujan panjang di akhir tahun dan penghujung tahun baru 2009. Sebuah keseimbangan alam yang ironis. Mengapa? Harusnya musim hujan datang di bulan September-Desember. Namun BMG mengungkapkan musim hujan berakhir pada bulan Mei. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, anatara lain : Keseimbangan alam sudah terkikis. Banyak jantung kota yang (pepohonan) semakin lama semakin berkurang. Beratus-ratus kendaran dan pabrik yang menghasilkan racun, polusi udara, gaya hidup life style yang keliru. Seperti menyalakan TV atau komputer sampai pagi, kipas angin yang ditinggal kerja, dan sebagainya. Hal ini secara ilmiah memacu pemanasan global dan musim hujan yang panjang. Menjadikan bumi ini mati secara cepat.

Musim hujan yang panjang didukung dengan minimnya kesadaran masyarakat seperti membuang sampah sembarangan, membuang sampah di kali, ditambah dengan kepadatan bangunan di dalamnya menjadikan air susah diserap tanah. Alhasil dapat dipastikan banjir. Nampaknya Jakarta merupakan langganan banjir setiap tahunnya. Sebuah “ritual” tahunan. Belum lagi dengan penyakit aneh yang bermunculan paska banjir. Karena banyaknya sampah yang tertimbun berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun menjadikan kali kota Jakarta berwarna hitam pekat. Karenanya banjir mampu membuat sampah-sampah tersebut naik ke permukaan pemukiman warga. Akibatnya timbulah berbagai penyakit pasca banjir.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah, pemerintah harus lebih teliti terhadap tata letak kota. Kemudian menyampaikan pesan sosial melalui media tentang pentingnya menjaga dan kesadaran lingkungan. Masyarakat pun harus peran aktif merespon maksud baik pemerintah. Karena banjir adalah tugas kita bersama. Taukah kamu sobat MuDa di negara-negara maju seperti Singapura banjir dapat diatasi dengan tata letak kota dan irigasi yang baik. Tak segan-segan ada denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Sepertinya Indonesia harus bercermin pada Singpura. Maka jadilah sahabat bumi wahai warga Jakarta khususnya dan umumnya warga bumi. Namun demikian itu baru ramalan cuaca yang dilakukan oleh manusia yang terkadang meleset dari perkiraan. Semoga tidak terjadi.

Social Media

Facebook Twitter Instagram YouTube Google+ e-Mail

Karya Buku





Viva Blog

Komunitas Blogger

Indoblognet
BloggerCrony Community


Komunitas ISB

Blogger Reporter Indonesia

Populer Post

Blog Archive

Labels

Arsip Blog