Friday, 12 June 2015

Blog Trip Visit Nescafé #DiBalikSecangkirKopi

# Hari Pertama Blog Trip Nescafé
“Ting….” bunyi notifikasi SMS masuk. Senang tak terkira rasanya setelah membaca isinya SMS dari panitia yang mengabarkan bahwa Saya masuk 10 finalis Kompetisi Blog Trip ke Lampung dari Nescafé karena menulis artikel blog “Khasiat di Balik Kopi Joss”. Sebelum pengumuman pemenang dan malam sebelum berangkat, panitia pun menelpon untuk konfirmasi kehadiran. Senang karena baru kali pertama akan jalan-jalan ke luar pulau Jawa. Sebagai pecinta kopi sejati, baru kali pertama juga akan memetik biji kopi langsung dari kebun kopi.
*****
Siap-siap...satu, dua, tiga cissssss ;)
Petualangan pun dimulai. Selasa, 2 Juni 2015 dengan mengendarai sepeda motor pergi menuju tempat lokasi berkumpulnya 9 finalis lain yang juga akan pergi ke Lampung. Jalanan ibu kota terlihat lancar jaya mungkin efek dari hari libur Nyepi, biasanya jangan ditanya padat merayap. Sehingga tak sampai 30 menit sudah sampai di lokasi.

Sesampainya di lokasi, tepatnya di Perkantoran Hijau Gedung Arkadia, beberapa teman sudah berkumpul di Angin-Angin yang sekaligus dari Head of Office kantor Nestlé Indonesia. Petualangan semakin seru karena selain finalis, panitia dari Nescafé dan Kompasiana juga datang dari media Tempo Mbak Mila Novita dan Dewi Nur Cahyani yang kocak abis. Selain itu ada juga dari Ignite Mas Gelar Priambodo dan M. Septiansyah (Jaka) juga tamu undangan Mas Alexander Thian.

Tak lama setelah ngobrol-ngobrol bersama peserta sembari menikmati secangkir kopi Nescafé hangat lengkap dengan snack acara pun segera dimulai. Sambutan pertama datang dari Mas Rizkie disambung Mas Esa dan absensi dari Mas Dimas. “Sengaja agar lebih banyak apa yang bisa dilihat, apa yang bisa dinikmati selama perjalanan dan itu sangat menyenangkan karena kita sudah melakukan perjalan sebelumnya,” demikian alasan Pak Rizkie dalam sambutannya mengapa memilih menggunakan jalur darat. Kita semua rombongan pun tak lupa melakukan sesi foto sebelum berangkat sekaligus simbolis dilepasnya para peserta Blog trip Lampung.
Kurang lebih enam jam perjalanan menggunakan bis dan kapal laut, akhirnya rombongan tiba juga di pelabuhan Bakauheni. Selama perjalanan laut, kita disuguhkan dengan pemandangan indah terutama saat menaiki kapal laut. Pulau-pulau kecil di tengah laut dan panorama laut begitu sayang untuk tidak diabadikan camera. Semua peserta berhamburan ke geladak kapal atas untuk sekedar selfie atau memotret keindahannya.

Dari pelabuhan Bakauheni bus berhenti di rumah makan yang cukup unik namanya "Siang Malam" tepat pukul 16.19 WIB. Begitu memang nama rumah makan tersebut, yang mayoritas menunya sama dengan rumah makan Padang. Tak lama menunggu, aneka makanan dan minuman lezat siap memanjakan lidah dan perut yang sudah keroncongan.

Akhirnya sampai juga di hotel Grand Anugerah Lampung tempat semua rombongan menginap pukul 19.04 WIB. Setelah mendapatkan nomor kamar hotel, meletakkan barang bawaan dan mandi disusul dengan makan malam bersama di hotel. Tidak ada kegiatan lain selain istirahat untuk hari esok agar badan tetap fit.

# Hari Kedua Blog Trip Nescafé
Di hari kedua, para finalis Blog trip dan rombongan diajak jalan-jalan ke perkebunan kopi Education and Development Farm. Bersama Mas Yudi dan temannya selaku penyuluh lapangan atau team dari agronomi Nescafé. Dengan sabar mereka menjelaskan tahap demi tahap bagaimana menanam bibit kopi yang baik hingga masa panen tiba. Biji kopi yang dipanen harus benar-benar matang dengan ciri berwarna merah. Jarak tanam juga perlu diperhatikan yaitu 2x3 meter antara satu pohon kopi dengan pohon lainnya. Selain itu perlu ditanam pohon lindung di area pohon kopi guna menjaga suhu agar kualitas dan hasil panen bisa meningkat. Tak lupa pemupukan di awal dan akhir musim penghujan. Pemupukan dilakukan dengan organik dan kimia dengan memperhatikan usia pohon kopi. Menurut Mas Yudi, penggunaan pupuk kimia tetap diperlukan guna menjaga keseimbangan dan kesuburan dalam tanah.

Ke depannya, sedang dikembangkan teknologi sistem terbaru perairan atau irigasi. Berkaca pada dua negara penghasil kopi terbesar dunia yakni Brazil dan Vietnam. Bagaimana dengan Indonesia? Masuk negara ke-tiga besar setelah Brazil dan Vietnam. Semoga bisa segera menyusul. Di perkebunan kopi Education and Development Farm juga digunakan untuk percontohan atau pembinaan kepada para petani bagaimana menanam dan menghasilkan biji kopi terbaik. Para penyuluh siap membantu para petani ke perkebunan mereka masing-masing.

Biji kopi terbaik, tentunya didapatkan dari bibit kopi yang terbaik pula. Bibit kopi yang dibagikan ke petani atau Koperasi Usaha Bersama (KUB) didatangkan langsung dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Nasional (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institut) atau biasa dikenal dengan singkatan ICCRI di Jember untuk menjamin bibit kopi yang terbaik bagi para petani.

Tercatat hingga 2015, Nescafé telah membagikan bibit kopi terbaiknya ke para petani kurang lebih 1,5 juta bibit kopi secara cuma-cuma alias gratis. Pembagian bibit kopi terbaik merupakan salah satu dari program Nescafé Creating Shared Value (CSV). Semua orang mengetahui bahwa Lampung adalah rumahnya kopi, tapi tidak semua orang paham bahwa kopi yang dulunya merupakan peninggalan penjajahan yang kemudian menjadi warisan nenek moyang lambat tahun mulai menua, berkurang hasil panennya dan mempengaruhi kualitas kopi. Untuk itu melalui program CSV sedikit demi sedikit perkebunan kopi mulai diremajakan kembali.
Mas Yudi Sedang Menjelaskan Bagaimana Cara Bertanam Kopi
Sayangnya, saat kami ke sana belum tiba masa panen, baru beberapa saja yang sudah matang kemerahan nampak seperti buah cherry. Dalam hidup kali pertama bisa melihat pohon kopi, biji kopi dan bunga kopi secara langsung. Dan baru tau bahwa sebelum menjadi biji kopi bunga kopi mengeluarkan semerbak wangi yang persis seperti bunga melati.
Bunga kopi dan Biji Kopi Robusta Lampung
Dari perkebunan kopi, rombongan kemudian menuju ke kebun, pembibitan sekaligus gudang dari salah satu Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Air Naningan, Tanggamus. Sesampainya di sana, kami disambut baik oleh penyuluh dan pengelola KUB, Pak Konsianto namanya. Memasuki area pembibitan terlihat beberapa ibu-ibu sedang sibuk menampah. Layaknya menampah beras, hanya memilih biji kopi yang berkualitas saja. Menampah dalam bahasa Jawa adalah memisahkan kotoran dari beras dengan cara diayun-ayunkan ke atas dan bawah dalam hal ini biji kopi, menggunakan alat tradisional berbentuk bulat yang dianyam dari bahan dasar bambu.

Di pelataran terlihat biji-biji kopi yang sedang dikeringkan dengan cara dijemur. Sebagian ada yang sudah dikemas dalam karung untuk siap dikirim ke pabrik Nescafé. Melangkah beberapa meter masuk ke pembibitan, tampak ada yang sudah tumbuh besar dan siap dibagikan ke petani ada juga yang masih kecil dalam pot polybag.

Tiba-tiba dari belakang sembari menepuk pundak dikejutkan oleh Pak Konsianto. “Mari minum kopi dulu Mas..” menawarkan pada kami semua dengan menunjuk meja yang sudah tersedia termos, gelas berjejer rapi, kopi halus dalam wadah kopi merah yang diolah secara tradisional dengan cara disangrai dan dihaluskan tak ketinggalan ada juga kopi sachet Nescafé dengan berbagai pilihan rasa.

“Srupuuuut, Ah!….mantap,” diikuti oleh teman-teman yang lain. Aroma dan rasanya sangat kuat. Ini baru benar-benar kopi. Benar-benar kopi asli tanpa campuran. Halus dan kental tidak perlu mengaduk lama untuk menyatukan kopi, gula dan air panas dari termos dalam secangkir kopi. Tidak meninggalkan ampas di bibir gelas dan bibir peminumnya. Seperti pada kebanyakan kopi tubruk. Walau diolah dengan cara tradisional, pasti serbuk kopi ini sudah disaring. Sehingga terasa halus dan tidak kasar. Dan Saya sangat menyukainya. Sengaja hanya menambahkan sedikit gula, kalau kata anak zaman sekarang less sugar menyebutnya. Selain dijual, para petani pun menyisihkan sebagian kopi untuk dikonsumsi pribadi seperti saat ini yang tersaji di atas meja.
Mari Ngopi Dulu...
Pengalaman yang sangat berharga bisa memetik dan meminum langsung kopi di perkebunan kopi. Jangankan bermimpi, membayangkan pun tak pernah. Dan ini benar-benar nyata. Jangan pernah mengaku pecinta kopi sejati jika belum pernah merasakan biji kopi terbaik dunia Robusta dan Arabica. Dengan catatan benar-benar kopi murni tidak ada campuran lain seperti kulit atau ampas yang tertumbuk menjadi satu.

Jam tangan menunjukkan pukul 12.29 WIB. Puas bertanya, melihat-lihat dan menikmati secangkir kopi, rombongan kembali masuk mobil masing-masing untuk menuju perkebunan yang lain. Menggunakan empat mobil Kijang Inova, kurang lebih satu jam sudah sampai di perkebunan kopi yang cukup tertua di Lampung. Terletak di Talangjawa, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Di sana disambut ramah oleh Mas Feri yang mengenakan penutup kepala.

Di sini tidak terlalu lama, karena mungkin teman-teman Blogger sudah banyak mendapatkan informasi yang sama dengan kunjungan kebun sebelumnya. Namun ada hal menarik cerita dari petani kopi, Mas Feri. Saat ditanya sumbangsih apa yang sudah diberikan oleh Nestlé ke para petani? “Oh..banyak sekali Mas..” jawabannya seakan bingung untuk menyebutkan. Terlihat jelas di raut mukanya sambil mengingat apa saja. Masih menurut Mas Feri, pertama adalah jelas harga kopi. “Jadi sebelum Nestlé masuk, para petani suka bingung Mas untuk menjual hasil panen kopinya ke siapa? Biasanya dijual ke pengumpul di Talang Padang. Itu pun dengan harga murah sekali, kenangnya. Bayangkan, perubahan harga terjadi tiga kali dalam sehari. Untung kalau harga lagi naik tapi banyak turunnya Mas ketimbang naiknya”. Harga murah juga karena dipengaruhi dengan kualitas kopi rendah sebelum dibina oleh Nestlé.

Setelah Nestlé masuk Lampung, harga mengikuti kurs dolar sehingga saling menguntungkan kedua belah pihak. Nestlé pun membebaskan semua petani untuk menjual hasil panen kopinya ke siapa saja. Tidak ada paksaan dan tidak harus menjual ke Nestlé. Tetapi pada gilirannya, para petani lebih suka menjual langsung ke Nescafé yang merupakan bagian group perusahaan Nestlé karena harganya paling tinggi di antara para pengumpul. Selain itu, pemberian bibit kopi terbaik pun selalu diberikan secara gratis. Pembinaan dan penyuluhan terus dilakukan sehingga kualitas biji kopi bertaraf standar nasional.
Bibit Kopi Terbaik dari ICCRI Jember Siap Dibagikan
Alasan itulah meskipun Nestlé tidak memiliki kebun sendiri akan selalu ada stok kopi untuk pabrik Nescafé tidak pernah habis apalagi kekurangan. Bahkan Mas Yudi ikut menambahkan, “Yang ada, setiap tahun justru Nescafé mengekspor biji kopi terbaiknya ke luar negeri dengan rata-rata 23 ribu ton”.

Para petani pun terus berharap agar kerjasama yang sudah baik dan terjalin selama 15 tahun ini agar terus bertahan dalam program Creating Shared Value (CSV) The Nescafé Plan yang melibatkan kurang lebih 15 ribu petani yang jadi bagian dari petani atau koperasi kopi. Tak mengherankan bukan, selama itu pula kopi lampung Robusta sangat terkenal di Indonesia bahkan mendunia. Jika kita searching biji kopi terbaik dunia di Google, maka hanya akan ditemukan dua varian biji kopi, pertama Robusta dan Arabica. Tak heran pula di sepanjang jalan banyak masyarakat menjemur biji kopi di depan rumah. 15 tahun bukanlah waktu singkat, perekonomian masyarakat sedikit demi sedikit tambah sejahtera.

Perjalanan berikutnya dilanjutkan ke mitra Nescafé yang ada di Bintang Jaya, terletak di Gedung Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Tanggamus, Lampung. Peralatan pengolah kopi di sini sudah menggunakan teknologi yang lebih modern. Kopi-kopi dibersihkan dengan mesin tidak lagi dengan cara menampah. Biji kopi yang sudah bersih akan dikemas menggunakan karung goni dan akan dikirim ke pabrik Nescafé.

# Hari Ketiga & Keempat Blog Trip Nescafé
Inilah saat yang ditunggu-tunggu, melihat secara langsung bagaimana proses produksi di pabrik Nescafé. Sesampainya di pabrik, disambut ramah dan hangat oleh semua yang ada di sana, terutama Pak Budi Utomo selaku Factory Manager dan Bu Lucy LYL selaku Human Resources Nescafé. Semua finalis Blog trip dan rombongan berkumpul di meeting room untuk pengarahan sebelum melihat proses produksi.
Pabrik Nescafé di Panjang, Lampung, Indonesia
Dalam sambutan dan pengarahan, Pak Budi Utomo selalu menekankan pentingnya dua hal sebelum masuk pabrik, yakni keselamatan dan kebersihan. Sampai-sampai terdapat kalimat “Safety Start With Me” di depan pintu masuk pabrik. Siapa saja mulai dari karyawan, tamu, security tanpa terkecuali termasuk kami pun harus mematuhinya.

Saat akan memasuki pabrik misalnya, pejalan kaki harus mengikuti garis jalan yang sudah ditentukan, tidak boleh melebihi batas jalan yang berwarna kuning. Demikian juga saat akan menyebrang, sudah tersedia zebra cross. Memasuki ruangan kita pun disuruh mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun dan tissue yang tersedia di wastafel.

Setelah briefing, pengenalan company profile perusahaan dan pemaparan singkat proses produksi di meeting room, kami pun segera mengenakan penutup kepala, penutup telinga (digunakan saat memasuki ruang bising) dan baju putih layaknya dokter di rumah sakit.
Selfie Dulu Mumpung Masih Pake Baju Pabrik :)
Ruang pertama yang dituju adalah cup testing room. Sebuah ruangan khusus untuk mengetes rasa kopi. Semakin dekat semakin terdengar suara menyeruput kopi cukup kuat dan keras saling bertaut bergantian. Ada empat petugas yang melakukan testing kopi. Mengapa perlu melakukan testing kopi? Tidak lain untuk mempertahankan rasa dan menentukan biji kopi yang akan dimasak dalam jumlah besar. Dengan menyeruput kuat-kuat bisa mengaktifkan semua indra perasa lidah sehingga rasa kopi yang bagus akan bisa dirasakan oleh lidah.

Caranya dengan mengangkat dua sendok yang kedua ujungnya nampak besar. Sendok kiri mengambil kopi yang sudah berjejer di atas meja putar dengan tanda dan label masing-masing. Lalu tuangkan ke sendok kanan, sruput kopi tersebut dengan kuat, rasakan dalam lidah dengan sedikit dikumur, dan keluarkan ke pipa pembuangan. Seterusnya dilakukan sampai sesuai dengan standar Nescafé. Jika sample testing kopi lolos maka biji kopi akan diproses oleh pabrik dalam jumlah besar, jika tidak maka akan dikembalikan.

Awalnya kita semua dibuat bingung tapi berkat penjelasan dari Bu WR Mayasari selaku Quality Product semua terjawab. Dari testing tersebut bisa disesuaikan sesuai dengan pasar rasa kopi yang ada di Indonesia. Saya orang pertama dari peserta rombongan yang beruntung memberanikan diri untuk mencoba melakukan testing kopi sesuai arahan petugas, yang kemudian disusul oleh teman-teman.
Bu Maya dan Petugas yang Sedang Melakukan Testing Kopi
Di bagian pojok ruangan nampak petugas sedang sibuk menghitung kopi. Ternyata sedang melakukan pengecekan defect. Demi menjaga cita rasa dari kopi itu sendiri, Nescafé hanya akan menerima kopi dari para petani yang memang lolos pengecekan defect. Pengecekan defect atau pengecekan cacat yaitu melakukan pemilihan terhadap biji-biji kopi yang memang benar-benar berkualitas saja. Kita tidak bisa membayangkan, jika saja tidak ada pengecekan defect, saat proses penggorengan dan penggilingan bisa saja tercampur dengan tanah, ranting atau benda asing lain yang berbahaya, bukan? Dan secara tidak langsung pastinya akan merusak cita rasa dari kopi.

Bagaimana caranya? Semua kopi yang sudah masuk ke pabrik Nescafé akan diperiksa kembali, meskipun di tangan petani sudah dilakukan pengecekan defect. Setiap lima Kg akan diambil sample 300 gram. Dari 300 gram akan dipisahkan biji kopi yang berbentuk gelondong, kulit biji kopi, benda-benda asing seperti kerikil, ranting, tanah, biji kopi yang berwarna hitam, biji kopi pecah, biji kopi berwarna coklat dan biji kopi yang berlubang. Kesemuanya itu sesuai perhitungan dari Nescafé hasil pemisahan dari biji-biji kopi yang cacat tidak boleh lebih dari total defect 80.
Petugas Sedang Menghitung Defect Kopi
Begitu ketatnya poses pembuatan kopi di pabrik Nescafé, kopi yang sudah siap edar dan dikemas dengan rapi pun tak luput dari pengecekan kembali sebelum didistribusikan. Memastikan tidak ada masalah. Terlihat di meja putar gelas-gelas dan produk kopi Nescafé berjejer rapi melingkar dan semua varian ada. Persis seperti di ruang testing kopi. Bedanya di sini kopi sudah jadi 100%. Aha! kesempatan emas ini pun tak disia-siakan. Saya kembali untuk mencicipinya.

Setelah melewati anak tangga akhirnya sampai di ruang produksi Control Room. Berjejer rapi monitor, dengan masing-masing pegawai yang terlihat sedang mengawasi layar. Mesin-mesin raksasa produksi kopi yang ada di belakang layar semuanya tersistem komputer. Benar-benar canggih dan hebat.

Di pabrik Nescafé, Panjang, Lampung, proses pembuatan kopi terdiri dari lima proses sesuai dengan penjelasan dari Pak Budi Utomo selaku Factory Managers. Berikut kelima proses tersebut:

Pertama: Melakukan pemilihan dan seleksi biji kopi terbaik. Kopi yang dikirim oleh petani ke pabrik harus diperiksa ulang terlebih dahulu secara sampling dengan pengujian defect dan testing kopi seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Kedua: Biji kopi terbaik yang sudah lolos pengujian defect dan testing kopi akan masuk ke mesin pemanggangan. Di pemanggangan ini harus tepat baik dari segi suhu dan waktunya, karena salah perhitungan sedikit saja dapat mempengaruhi cita rasa kopi, semuanya dikendalikan di Control Room. Teknik pemanggangan ini disebut dengan (roast).

Dari pemanggangan kopi berlanjut ke proses penggilingan atau penghalusan biji-biji kopi yang sudah masak. Ukuran dan tingkat kelembutan bisa diatur sesuai dengan keinginan pasar dan pesanan. Tidak terlalu lembut dan tidak terlalu kasar yang mengakibatkan kopi susah untuk diseduh. Proses penggilingan ini disebut dengan istilah (grind).

Ketiga: Kopi yang sudah halus akan diekstraksi menggunakan teknologi mesin canggih bernama Enhanced Recovery Aroma (ERA). Masih menurut Pak Budi, mesin ini yang belum semua pabrik memilikinya. Sangat langka, mahal dan susah didapatkan. Mesin ini memiliki kelebihan, saat ekstraksi berlangsung mampu menangkap uap kopi dari uap tersebut disuling menjadi air yang bisa digunakan untuk perasa atau penguat kopi alami tanpa efek samping saat proses Spray-Drying ditahap berikutnya. Itu sebabnya, produk kopi Nescafé sangat kuat aroma dan rasanya.

Keempat: Dari ekstraksi kopi kemudian dilakukan Spray-Drying, yaitu proses merubah ekstrak kopi menjadi bubuk kopi instan sesuai dengan pesanan. Untuk kopi Nescafé yang dicampur atau mix serbuk kopi yang dihasilkan tentu lebih halus agar memudahkan pencampuran dengan bahan lain seperti susu, gula dan creamer. Berbeda dengan Nescafé kopi Classic yang tidak memerlukan campuran, benar-benar pure kopi murni 100%. Saya baru paham berbeda dengan bubuk kopi lain, mengapa satu sendok Nescafé kopi Classic saja rasa dan aroma kopinya cukup kuat.

Kelima: Proses terakhir adalah Filling and Packing (pengemasan). Setelah melewati serentetan proses yang panjang, di inilah kopi kemudian dikemas. Ada yang dalam bentuk sachet, kaleng, kopi kotak dan botol dengan aneka rasa dan pilihan. Semua diproses dengan mesin dan teknologi canggih.

Jujur, apa yang dipikirkan jika kita berbicara pabrik? Polusi, pencemaran air, udara atau limbah, bukan? Saya hampir tidak percaya. Di pabrik Nescafé hampir tidak ada limbah yang mencemari lingkungan. Semuanya dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Bu Lucy menjelaskan bahwa limbah ampas kopi tidak dibuang akan tetapi dibakar sebagai tambahan bahan bakar saat poses produksi kopi selain gas, listrik dan bahan bakar lain tentunya. Sebagian digunakan untuk pupuk organik berkebun di belakang pabrik. Hasil kebun digunakan untuk memasak di Canteen karyawan. Jika berlebih, karyawan boleh membawa pulang dan tidak dipungut biaya. Untungnya saat kami ke sini sudah ada terong yang bisa dipetik. Bu Lucy dan teman-teman memetik secukupnya untuk lalapan terong goreng makan siang di Canteen. "Ayuk Bu, kita makan terong-terongan (plesetan dari cabe-cabean)," celetuk salah satu peserta. Sontak tawa yang lain pun pecah.
Bu Lucy dan Finalis Blogger Trip Panen Terong di Kebun Nescafé
Saat ada peserta lain bertanya, bagaimana dengan asap polusi udara yang dikeluarkan? Pak Budi tersenyum sambil menunjuk ke cerobong asap. “Coba perhatikan, apakah banyak asap yang dikeluarkan?” tanya Pak Budi kepada kita semua. Kita pun menjawab sedikit. Kemudian beliau bertanya ulang, “Coba perhatikan, apakah warna asap yang dikeluarkan hitam pekat atau putih?” Kita kembali menjawab berwarna putih. Dilanjutkan dengan penjelasan Pak Budi, bahwa asap yang keluar adalah asap sisa penguapan bukan asap pencemaran udara yang banyak dikeluarkan pabrik industri. Jumlahnya pun sedikit dan dikeluarkan saat proses pemanggangan kopi saja.

Berkunjung di pabrik Nescafé, diakhiri dengan makan bersama di Canteen Nescafé. Kemudian rombongan pamit pulang ke hotel untuk kemudian esok harinya kita check out hotel dan kembali pulang ke Jakarta. Perjalan dan pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan. Terimakasih banyak Nescafé.

2 comments:

Terimakasih yah udah ngunjungi blogku ini. Maaf banget, komentar yang isinya iklan, link hidup, sara, pornografi dan spam bakalan aku hapus!


Social Media

Facebook Twitter Instagram YouTube Google+ e-Mail

Karya Buku





Viva Blog

Komunitas Blogger

Indoblognet
BloggerCrony Community


Komunitas ISB

Blogger Reporter Indonesia

Populer Post

Blog Archive

Labels

Arsip Blog